Rabu, 09 Juni 2010

Miangas I'm in Love

Sore itu di hari-hari pertamaku..

Ga’ nyangka bisa berada di tempat ini..

Bersama orang-orang baru, yang Ku yakin kelak akan menjadi saudara dan saudariku seperjuangan. Bismillah..

Keliling sore-sore gini seru juga, kenalan dengan banyak warga.. walau dari kemarin sepertinya bibir dan gigi ini sudah hampir kering,, karena harus menebar senyum dan menyapa berkali-kali.. “Met pagi Mamak, Met siang Papak, Met sore Kak, Met malam Opa,, Oma…” perjuangan baru dimulai, Smangat Fa!!!

Tiba-tiba lamunanku terbuyar..

“Fa, coba Kamu liat deh, di badannya banyak koreng(luka)nya,, tapi dari kemarin Aku belum berhasil ngebujuk Dia dan ngajak dia ngedekat..”

“Oke Kak, Aku liat ya,, yang mana anaknya??”

Oh,, oke-oke..

Sambil melihat anak yang tengah berlari-lari di dekat pendopo. Sama seperti anak yang lainnya sekilas,,sahutku.

“Dek,, sini dech, kenalan dong, siapa namanya?? Nama kakak Aufa..”

Ehh, tuh anak malah ngeloyor pergi dan sepertinya dia ngajak Aku bermain,, minta Aku mengejarnya pula.. Oke,, tantangan nih.

Beberapa saat Aku mengikuti Dia berputar lapangan. Tapi karena larinya kencang, tak sangguplah Aku mengejarnya.

Akhirnya Ku keluarkan rayuan mautku,, hehehe

“Dek, coba kesini bentar deh, kakak punya sesuatu..” sambil merapatkan kedua tanganku (ini andalanku ketika mendekati anak kecil, hehe.. nurun dari ayahku, dan hanya aku yang bias di keluargaku) dan membunyaikannya seperti suara kodok.

Tak beberapa lama, anak-anak disekitar situ datang mengerumuni aku, dan mereka sangat penasaran dengan suara yang keluar dari tanganku..

Anak yang tadi pun sepertinya jadi ikut penasaran dan ikut mendekat..

“Coba sini-sini,, kakak mau kenalan dong,, siapa namanya..?” anak itu hanya tersenyum, tertawa, dan berlali menjauh lagi..

Saat Ku tanya ke anak-anak yang lainnya, akhirnya Ku dapatkan namanya.

Oke, cukup untuk hari ini, Aku ada keperluan lain yang harus Ku kerjakan..

“Daaahhhh adik-adik, nanti kita main lagi ya..” perlahan ku mulai menjauh meninggalkan pendopo.

Hari berikutnya..

Siang itu saat semua orang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing (walau kegiatan rutin dan kelompok sebenarnya belum berjalan) berjalan menyusuri jalan dekat Pos Angkatan Laut (POSAL), agak sepi memang, karena Aku tak melihat teman-temanku di sekitar situ.. hanya ada beberapa anak kecil yang kulihat tengah bermain..

Tiba-tiiba dari gang kecil disebelah kiriku seorang anak (anak yang kemarin ku kejar-kejar) datang mendekat sambil bermain dengan teman sebayanya..

Tak buang waktu lama, Aku pun mengajaknya mendekat dan ngobrol (walau respon yang sama masih Dia berikan,, hanya tersenyum dan tertawa)..

“Dek, main yuk,,” tapi anak-anak yang lain sepertinya tidak suka melihat kedekatanku dengan anak tersebut.. tapi tak apalah,, namanya juga anak-anak.

Sembari ngobrol dengannya dan anak-anak yang lain,, Aku tahu, memang banyak koreng di tubuhnya.. dan tidak seperti anak yang lainnya, bajunya kotor dan sepertinya sudah beberapa hari dia tidak mandi (dengan sabun dan air bersih tentunya)..

Lalu Ku tanya,, “Kamu sudah mandi Dek?” dengan nada bercanda.

Dia hanya menggeleng,, dan kutanya, “Kenapa?”

Lalu dia menarik celananya, dan ternyata ada luka dengan nanah (kali ini bukan sekedar koreng) yang sepertinya sudah lama, kira-kira 2-3 cm..

“Sakit ya?” Dia mengangguk perlahan…

Sambil menunjuk lukanya,, “Apa ini yang buat kamu ga mandi?”

“Iya, sakit ka..” sahutnya

Akhirnya Dia berbicara,,,sepertinya dia mengalami kendala bahasa, dan jarang menggunakan bahasa Indonesia, pantas dari kemarin hanya tersenyum, tertawa, dan mengangguk atau menggeleng saja,,, hufttt

Saat Ku inspeksi seluruh tubuhnya dan menanyakan apakan ada yang sakit lagi di badannya.. Ku lihat ada luka memar berwarna merah tua di mata kirinya..

Saat ku tanya, “Ini kenapa?”

Dia hanya menggeleng,,

“Sakit?”

Dia mengangguk.

Trus ku jelaskan sedikit padanya, perlahan tanpa bermaksud membohonginya.. “Mau ga kalo kakak obtain lukanya? Nanti kalo dah sembuh, ga sakit lagi, Kamu bias mandi dan main lagi sama temen Kamu..”

“Kamu mau?” Tanya Ku..

Dia mengangguk.

“Kalo gitu, antar kakak ke rumah kamu yuk..”

Dia hanya diam..

Lalu ku Tanya, “Rumahmu di mana Dek?”

Dia pun menunjuk sebuah rumah tak jauh disamping kami,, sebuah rumah non permanen (berbeda dengan rumah di sekitarnya yang sudah permanen) terbuat dari triplek dan ukurannya mungkin hanya 3 x 3 meter,, Aku pun dapat melihat bagian belakang rumahnya..

“Oke, yuk ke rumahmu..”

Sampai dirumahnya ku dapati dua orang paruh baya tengah beristirahat di bale2 depan rumah..

Lalu Aku memperkenalkan diriku dan maksudku datang kemari. Aku berniat mengajak anak tersebut ke Puskesmas untuk memeriksakan lukanya. Dan mereka setuju. Alhamdulillah..

Sambil merangkul anak tersebut (khawatir kabur lagi, hehehe) aku membawanya ke Puskesmas yang terletak di ujung jalan gang sebelah..

Di tempat tersebut ternyata ada beberapa guru pembimbing dan masyarakat serta dokter Puskesmas yang tengah berbincang. Mungkin sedang pengkajian awal (sok tahu aku,,hehehe)

Karena itu kali pertama Aku ke Puskesmas di tempat ini, Aku pun mencari dokter atau petugas yang bertugas disitu..

“Ada apa Dek?” kata seorang laki-laki masih muda dan bermata sipit (Chinese maksudnya,, dan sepertinya dialah dokter PTT yang diceritakan sebelumnya)..

“Ini Dok,, saya tadi ketemu anak kecil di badannya ada luca bernanah dan cukup parah, dikakinya juga ada,, oiya, matanya juga seperti ‘kecolok’ benda tumpul,” Aku menjelaskan.”

Si dokter pun melakukan pengkajian awal..

Aku juga menyampaikan apa yang tadi disampaikan oleh Oma dan Opa anak tersebut,, kata mereka anak ini mengalami retardasi mental..

Dokter pun meresepkan 3 obat,, 1 antibiotik, salep luka, dan salep untuk mata. Dia menyarankan obat ini diberikan rutin 3x sehari. Dan mengajarkan cara mengoleskan salep matanya.

“Oke, saya yang tanggung jawab memberikan obat ini sampai selesai Dok, karena sepertinya keluarganya agak kurang koperatif.” Ku coba meyakinkan dokter tersebut.

Setelah mengobrol beberapa saat dengan pada dosen pembimbing yang ada di situ, aku pulang menuju rumah anak tersebut kembali.

Aku menjelaskan obat apa saja yang diberikan dokter kepada keluarganya, lalu Aku meminta air untuk membersihkan badannya.. karena percuma saja Aku obati lukanya kalo badannya dalam keadaan kotor..

Omanya mengajak anak tersebut ke belakang rumah, ternyata ia hendak memandikan anak tersebut..

Jadilah Aku ikut memandikan anak tersebut,, hehehe lucu juga..

Di saat yang sama, Aku sembari melihat keadaan rumahnya, ternyata air yang ia kunakan untuk mandi (sepertinya) berasal dari tampungan air hujan, airnya agak kotor dan tidak terlalu banyak, ditampung di bak berukuran 1 meter dan tidak terlalu besar. Aku pun tak melihat ada sumur di sekitar situ.

Tak apalah,, yang penting anak itu sudah mandi.

Lalu Ku minta air panas untuk membersihkan lukanya (karena Aku tak membawa alkohol di tasku). Dan tentunya untuk mensterilkan tanganku.

Setelah meminumkannya antibiotik, Aku mulai membersihkan lukanya, lalu Ku baluri dengan salep.

“Digulung dulu ya celananya,, biar salepnya kering.” Pintaku pada anak tersebut.. Anak itu hanya menggangguk.. walau sepertinya dia seperti menahan perih.. (sabar ya Dek..)

Lalu kulanjutkan dengan memberikan salep mata. Agak ngeri juga (jujur, ini pengalaman pertama, dan Aku sendiri belum pernah menggunakan salep mata jenis ini) karena Aku harus mengoleskan di area konjungtivanya (bagian merah di bawah mata).

Karena saat itu aku tidak membawa cutton buds (atau sejenisnya) untuk mengoleskan luka, aku harus menjaga ke-steril-an salep yang Aku oleskan.. Bismillah, smoga teknik ini cukup steril dan tidak membuat lukanya bertambah parah..

Alhamdulillah anak ini cukup kooperatif,, dia hanya diam. Walaupun dari air mukanya aku melihat dia menahan rasa perih..

Duh,, ditonton ma ibu-ibu dan anak-anak kecil lagi..

Selesai…

Kujelaskan pada keluarga bahwa obat ini harus diberikan 3x sehari, tapi Aku yang akan ke sini tiap hari untuk memberikan obat ini. Dan Aku meminta pada tantenya untuk menyimpan obatnya..

Sepanjang evaluasi dan sesi ngobrol ini, Tante dan Oma si anak malah menyuruhku mengobati koreng-koreng anak-anak yang lain.. Bagaimana ini??

Setelah beberapa saat memeriksa koreng dan luka di kaki anak-anak tersebut, Aku sedikit menyimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh penggunaan air yang tidak bersih dan sanitasi yang buruk. Sehingga menimbulkan koreng, dan karena digaruk-garuk dan mereka bermain tanpa menggunakan alas kaki,, jadilah luka seperti itu..

Tapi sepertinya tidak apa-apa, karena tidak ada nanah..dan mereka juga tidak meresakan sakit. Mungkin besok aku akan memeriksa mereka lagi.

Aku pun pamit pulang.

Ternyata anak tersebut mengikutiku,, tak apalah, mungkin Dia ingin mengantarku pulang..

Ternyata Dia tak hanya mengantarku pulang, tapi Dia tidak mau Ku suruh pulang.. Bagaimana ini??

Akhirnya Ku ajak ke rumahku dan bermain di warung milik Mamakku (tempat aku menetap sementara di sini)..

Jangan ambil macem-macem ya Dek,, ini bukan punya aku (hehehe).. pesankku dalam hati,, dan semoga Dia mendengarnya..

Karena harus mengerjakan hal yang lain dan hari sudah semakin sore, Aku membujuknya pulang, duhhh Dia ga mau lagi,, Mamakku yang (sepertinya) sadar akan keresahanku memperbolehkan anak tersebut mengambil jajanan apa yang dia inginkan asalkan Dia mau pulang..

Walau sebenarnya Dia tak ingin beranjak dari rumahku, tapi akhirnya anak tersebut pulang juga. Semoga Dia tidak marah padaku.

Sampai ketemu nanti malam ya Dek..

Malamnya,, selepas makan malam..

Aku mengajak temanku untuk mengunjungi anak tersebut dan memberikan obat. Mudah-mudahan Dia sudah makan malam juga.

Kali ini Aku membawa peralatan yang cukup lengkap (menurutku) untuk menjalankan aksiku malam ini…

Di luar dugaanku, ternyata di rumah anak tersebut belum ada listrik (lagi-lagi berbeda dengan rumah disekitarnya)..

Untungnya sang Opa memberiku sebuah lampu templok. Cukup lah untuk menerangi area pengolesan salep (jiahhh) dan membantu Aku membersihkan luka serta mengoles salep. Walaupun masih remang-remang juga..

Saat kuperiksa obat yag tadi ku titipkan pada keluarganya, ternyata antibiotiknya berkurang satu.. Kemana nih??

Setelah selesai, Aku pun menanyakan masalah obat yang berkurang tersebut pada Tante anak tersebut. Di menjelaskan bahwa tadi sang Oma mengeluh pegal-pegal, dan antibiotik tersebut Ia minum. Dari penjelasannya, sepertinya hal tersebut (penggunaan antibiotik tanpa resep) sudah biasa dilakukan.. Waduh,,,baru tahu aku, antibiotiK bias dipakai untuk ngilangin pegel,, hahaha

Kami pun pamit,, dan menuju pendopo untuk evaluasi malam..

Hari-hari berikutnya..

Memang sulit bila pasien kita berada di komunitas,, ada-ada saja hal yang membuat ku pusing ketika menangani anak tersebut.

Suatu ketika, setelah Aku mengoleskan salep di paha dan matanya di siang hari, aku mendapati anak tersebut dalam keadaan basah habis bermain air di pantai.. padahal aku sudah sering kali berpesan padanya, jangan main air dulu kalo salepnya belum kering,, yaaa namanya juga anak-anak..

Atau ketika di suatu malam, akibat Aku terlambat dating kerumahnya unttuk memberikan obat, anak tersebut sudah tidur, hehehe.. akhirnya harus dibangunkan dulu deh,, maafkan Kakak ya Dek..

Gak Aku sangka,, setelah beberapa hari dan obatnya hamper habis, luka nanah dip aha anak tersebut berlangsung membaik. Sudah tak mengeluarkan nanah lagi, dan lukanya semakin hari semakin mengecil dan mongering. Alhamdulillah..

Mungkin ini yang dinamakan kepuasan batin, yang selama ini selalu diceritakan oleh dosen-dosen dan kakak kelas ku di kampus..

Ketika seorang perawat merawat pasiennya dengan sepenuh hati, hal yang paling membuat bahagia adalah ketika melihat kondisi pasiennya berangsur-angsur membaik..

Terima kasih ya Allah..

Aku mendapatkan pelajaran yang berharga..

Aku tak menyangka..

Aku dan teman-temanku yang lain sering sekali melihat hal yang sungguh mengiris hati kami.. Anak tersebut sering kali kulihat ketakutan ketika harus pulang ke rumahnya..

Awalnya Aku tak mengetahui sebabnya,, namun beberapa anak-anak yang lain serta tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya, mengatakan bahwa Omanya sering kali memukul dan menyiksa anak tersebut. MasyaAllah..

Pernah suatu pagi, saat aku dan teman-temanku tengah sarapan pagi, dari arah dermaha Kami melihat anak tersebut menangis sambil dipegangi oleh Omanya,, yang membuat kami terkejut, Omanya membawa sebatang balok kayu yang diarahkan pada anak tersebut.

Tak sampai di situ saja ke-kegetan Kami,, beberapa langkah setelah itu, Kami mendengar teriakan anak itu lagi,, ternyata Omanya baru saja memukul Dia lagi. Astagfirullah..

Pernah pula suatu ketika, Aku mendengar kabar bahwa dia di-telanjang-i dan diikat di pohon depan rumahnya (saat itu aku memang tak melihatnya langsung),, dan menurutku alasan Omanya melakukan hal tersebut adalah HANYA karena kenakalan yang dilakukan anak-anak pada umumnya, seperti main air di pantai..

Kejadian di suatu malam yang memilukan hatiku..

Suatu malam saat menuju dapur umum untuk makan malam, Aku dan beberapa temanku mendapati anak itu menangis di dekat tembok Puskesmas.

Ku lihat bajunya basah..

“Kamu ko’ nagis?? Bajumu basah lagi, dicopot ya..” Aku mencoba berbicara padanya..

Dia hanya diam, sambil menangis..

“Pulang ya, ganti baju,, nanti Kamu masuk angin di sini.” Sahutku.

Anak itu hanya menggeleng dan menangis. Dia berkali-kali mengatakan tidak mau pulang dan takut pulang karena takut dipukul oleh Omanya.

Tangisnya makin keras, bujukanku tak berhasil mala mini.. hufft,, Bagaimana ini??

Kehebohan malam itu akhirnya membuat seorang warga mendekati Kami, Bapak itu memaksa anak tersebut untuk pulang. Setelah beberapa kali dibujuk dan tetap tidak mau, akhirnya Bapak tersebut membopong paksa anak tersebut.

MasyaAllah.. inikah yang dinamakan trauma,, Aku tak membayangkan trauma yang dirasakan anak tersebut akibat KDRT yang selama ini diterimanya..

Smoga Dia tidak menjadi seorangyang pendendam dan berlaku sama, seperti yang sering kali Ku baca, bahwa orangyang sering menerima kekerasan sewaktu kecil, cenderung melakukan kekerasan yang sama saat beranjak dewasa..

Hari berganti hari..

Senyumannya begitu khas,,

Kalimat-kalimat yang sering Dia ucapkan pun sangat berbeda dengan apa yang diucapkan anak-anak lain padaku.. “Kakak Makang” (dengan logat bahsanya yang khas kalo Dia ingin makan bersamaku), “Nyandak” (artinya tidak), dan masih banyak lagi..

Aku tak kan pernah lupa, saat suatu pagi Aku berjalan di pinggir pantai dan mencari kerang-kerang kecil yang lucu..

Lalu Dia bertanya, ”Kakak mau komang (kerang-kerang di pinggir pantai)?”

Dengan sangat antusias Aku pun mengangguk.. Iya,, Kakak memang suka kerang yang kecil-kecil gini,” sahutku..

Saat Aku dan temanku berjalan menuju pendopo kecil, anak tersebut tiba-tiba saja menghilang. Tak beberapa saat, Dia dating menghampiri Kami.

Lalu Dia menjulurkan tangannya kepadaku..

“Coba tebak, apa ini?” Dia memiintaku menebak isi tangan kecilnya yang tertutup..

“Apa??” Aku bingung, tak tau apa yang Dia sembunyikan.

Lalu dia membuka tangnnya dan mengeluarkan kerang-kerang kecil yang lucu. “Ini buat kakak semua,” sahutnya..

Subhanallah, terima kasih… (Aku jadi merasa tidak enak dengan temanku, karena semua kerang-kerang dari anak tersebut diberikan padaku, hehehe)

Hari-hari terus berlalu,, Aku menjalaninya dengan bahagia, dan semoga persahabatan dengan seluruh warga di sini dapat menambah kesyukuranku akan keragaman dan nikmat yang telah Allah berikan padaku hingga saat ini.

Trima kasih ya Allah..

Menjelang hari-hari terakhir..

Wajahnya terlihat begitu sendu,, aku sangat ingin membawanya ke Jakarta, ku jadikan adikku.. tapi, Bagaimana caranya??

Dia berusaha menarik perhatianku untuk bermain berdua dan meninggalkan teman-temanku yang sedangsibuk di ruangan tersebut.

Aku melihat dia agak sedih,, dan saat ku pancing-pancing.. Eh,, ganti aku yang tidak bias menahan air mataku..

Yaa Allah,, jagalah Anak ini saat penjagaanku tak bias lagi bersamanya…

Satu hari sebelum kepulanganku..

Selepas subuh, anak tersebut sudah menungguku di dekat Mushola, ia mengajakku untuk bermain-main di pinggir pantai..

Subhanallah, sejuk sekali udara pagi ini..

Dentuman ombak yang begitu keras, memberikan nyanyian pantai yang indah ketika membentur karang.. buih-buih putihnya memberikan degradasi warna yang begitu indah antara pasir putih, buih, air laut yang warnanya berbeda-beda sesuai pantulan dari sinar matahari pagi itu,, Subhanallah..

Kami berjalan ber-tiga bersama temanku pagi itu..

Tak kusangka, satu bulan di sini, aku baru tahu ada jalan pintas dari pantai Racuna menuju Dermaga lewar semak belukar ini.. jalan rahasia sepertinya..

Dan pemandangannya,,, Subhanallah.. indah banget..

Anak itu banyak bercerita padaku tentang hal-hal baru (yang lagi-lagi aku baru mengetahuinya) dan aku sangat takjub..

Tentang vegetasi di sekitar pantai dan jalan yang kulalui, tentang hewan-hewan, dan banyak hal lainnya..

Akhirnya,, hari trakhirku di tempat ini pun tiba..

Pagi ini, aku berusaha membesarkan hatiku.. aku berusaha menahan tangisku agar tak pecah saat berpamitan dengan orang-orang yang telah satu bulan ini menjadi keluargaku nanti..

Anak-anak sekolah begitu ramai memenuhi depan pendopo pagi ini..

Kami berfoto bersama dan saling berpelukan..

Aku lihat Dia di depan rumah baca itu,,

Saat ku dekati, anak tersebut menghindar, namun akhirnya aku pun dapat mendekatinya. Aku berpamitan untuk terakhir kalinya.. Jaga dirimu ya Dek,,

Smoga orang-orang disekitarmu bias lebih menerimamu dan tidak memperlakukanmu dengan buruk lagi.

Hingga penantian yang begitu lama untuk naik ke atas kapal, aku tak melihat anak tersebut lagi. Smoga saja dengan begini, aku dan Dia sama-sama bias saling mengikhlaskan perpisahan kami ini.

Noldi,, yaa itu nama anak yang selama ini telah mencuri perhatianku..

Yang telah memenuhi hari-hariku dengan canda-tawa, dan kadang tangis..

Slamat tinggal Dek, smoga kelak kita bertemu lagi. Dengan keadaan yang lebih baik. Insya Allah.

Smoga Allah selalu menjagamu..

^_^

Beberapa bulan setelah Aku kembali ke Jakarta..

Sudah lama sekali Aku tak mendengan kabar tentang Noldi, karena beberapa orang yang sering menelpon dan kutelepon sepertinya tidak kenal dengan anak tersebut.

Sampai suatu ketika, karena Aku sudah sangat kangen dengan anak tersebut, Aku menanyakan tentang kabar anak tersebut pada warga setempat yang menelpon Aku..

“Kamu kenal Noldi gak?” Tanya ku..

“Kenal Kak,” sahutnya di seberang sana.. “Adiknya Kakak kan?”

“Hahaha tau aja Kamu,” sahutku.. (orang-orang dan teman-temanku emang selalu bilang Noldi itu anakku selama di sana, karena Dia terus saja mengikutiku kemana Aku pergi, dan nurut sekali dengan apa yang Aku katakana),, hehehe

Dia pun menceritakan padaku bahwa tak berapa lama setelah kepulangan kami ke Jakarta, Noldi dijemput oleh Bapaknya yang selama ini tinggal di luar pulau. Entah di bawa kemana..

Yaa,, semoga saja di bawa ke Jakarta,, agar bias bertemu denganku,, Semoga saja..

_Miss You Noldi_

Minggu, 06 Juni 2010

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum..

Insya Allah ini adalah awal dari sebuah niat baik..
lupakan yang kemarin, perbaiki hari ini, dan sambut hari esok..

kalo kemarin adalah pelajaran, hari ini adalah perjuangan, dan esok adalah masa depan yang harus ku jemput,,
harus lebih baik..


Smangat!!!

Smoga bermanfaat.
Bismillahirrahmanirrahim..